Kemampuan Matematika, Sains dan Membaca anak
Indonesia
Indonesia
berada di peringkat paling bawah atau di peringkat ke-64 dari 65 negara dalam
kemampuan di bidang matematika, sains, dan membaca dibandingkan dengan
anak-anak lain di dunia masih rendah. Hasil penelitian tersebut dilakukan dalam
Programme for International Student Assessment 2012 pada anak di bawah usia 15
tahun.
Penilaian itu dipublikasikan the Organization for
Economic Cooperation and Development (OECD). Indonesia hanya sedikit lebih baik
dari Peru yang berada di ranking terbawah. Rata-rata skor matematika anak- anak
Indonesia 375, rata-rata skor membaca 396, dan rata-rata skor untuk sains
382. Padahal, rata-rata skor OECD secara berurutan adalah 494, 496, dan
501.Programme for International Student Assessment (PISA) mengukur kecakapan anak-anak
usia 15 tahun dalam mengimplementasikan masalah-masalah di kehidupan nyata.
Indonesia mengikuti siklus tes tiga tahunan itu sejak tahun 2003.
PISA 2012 bertema ”Evaluating School Systems to Improve
Education” diikuti 34 negara anggota OECD dan 31 negara mitra (termasuk
Indonesia) yang mewakili lebih dari 80 persen ekonomi dunia. Murid yang
terlibat sebanyak 510.000 anak usia 15 tahun yang mewakili 28 juta anak usia 15
tahun di sekolah dari 65 negara partisipan.
Hasil PISA tahun ini mengejutkan banyak negara, terutama
Amerika Serikat dan Eropa yang selama ini diyakini memiliki sistem pendidikan
lebih baik. Pasalnya, kali ini peringkat 10 besar PISA 2012 didominasi negara
di Asia. Anak-anak di Shanghai menduduki ranking pertama, diikuti Singapura,
Hongkong, Taiwan, Korea Selatan, Makau, dan Jepang. Urutan ke-8 ditempati
Liechtenstein, Swiss (urutan ke-9), dan Belanda (urutan ke-10). Finlandia yang
selama ini dikenal memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia berada di posisi
ke-12, Inggris ke-26, dan Amerika Serikat ke-36.
Sekretaris Jenderal OECD Angel Gurria dalam situs OECD
mengemukakan, 32 persen anak yang mengikuti tes tak bisa menyelesaikan soalan
berhitung yang paling mudah. Tanpa keterampilan paling dasar, ia khawatir
kemungkinan besar anak-anak itu akan putus sekolah atau akan kesulitan
menghadapi kehidupan nyata pada masa depan.
Test PISA
Ada 3 kemampuan siswa yang dinilai dalam survei ini,
yakni kemampuan matematika, kemampuan membaca dan kemampuan ilmiah (sains) yang
mencerminkan sistem pendidikan di negara masing-masing. Selain itu mereka juga
ditanya motivasi dan kepercayaannya atas sekolah dan pendidikan yang mereka
jalani.
Para siswa diuji dengan tes di atas kertas yang
berlangsung 2 jam. Tes adalah campuran dari pertanyaan-pertanyaan terbuka dan
pilihan ganda yang terorganisir dalam kelompok berdasarkan suatu bagian dari
kehidupan nyata.
Kepala sekolah siswa yang dijadikan sampel responden juga
menjawab kuesioner untuk memberikan informasi tentang latar belakang siswa,
sekolah dan pengalaman belajar dan tentang sistem sekolah yang lebih luas dan
pembelajaran lingkungan.
Temuan menarik dari mayoritas negara yang disurvei, sejak
PISA melakukan survei ini lebih dari 10 tahun lalu, kemampuan matematika siswa
tidak meningkat. Sekitar 60% dari 65 negara yang berpartisipasi dari survei
sebelumnya menunjukkan kemampuan matematika siswa dalam tingkat yang sama atau
lebih buruk dari survei 2012 ini. Sedikitnya sepertiga dari se
Sejak tahun 2000 performa murid Indonesia buruk di PISA.
Jika dilihat dari soal-soal yang diajukan, kecakapan matematika yang diharapkan
dunia melalui tes PISA itu berbeda dengan yang diajarkan di sekolah dan yang
diujikan dalam ujian nasional. Ini tidak berarti matematika di Indonesia lebih
mudah daripada di negara lain yang meraih ranking lebih tinggi dalam PISA.
Namun, sekolah Indonesia terlalu fokus mengajarkan kecakapan yang sudah
kedaluwarsa, seperti menghafal dan berhitung ruwet. Sekolah Indonesia juga
melupakan pembelajaran bernalar. Pendidikan kita membayangkan dunia ini belum
ada Google, Wikipedia, dan kalkulator.
Penelitian Progress in International Reading Literacy
Study (PIRLS), yaitu studi internasional dalam bidang membaca pada anak-anak di
seluruh dunia yg disponsori oleh The International Association for the
Evaluation Achievement. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa rata-rata
anak Indonesia berada pada urutan keempat dari bawah dari 45 negara di dunia.
:'(
0 komentar:
Posting Komentar