About me

Feeds RSS
Feeds RSS

Rabu, 28 Mei 2014

Wajib Baca !!!!


 Kemampuan Matematika, Sains dan Membaca anak Indonesia


Indonesia berada di peringkat paling bawah atau di peringkat ke-64 dari 65 negara dalam kemampuan  di bidang matematika, sains, dan membaca dibandingkan dengan anak-anak lain di dunia masih rendah. Hasil penelitian tersebut dilakukan dalam Programme for International Student Assessment 2012 pada anak di bawah usia 15 tahun.

Penilaian itu dipublikasikan the Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Indonesia hanya sedikit lebih baik dari Peru yang berada di ranking terbawah. Rata-rata skor matematika anak- anak Indonesia 375, rata-rata skor membaca 396, dan rata-rata skor untuk sains 382. Padahal, rata-rata skor OECD secara berurutan adalah 494, 496, dan 501.Programme for International Student Assessment (PISA) mengukur kecakapan anak-anak usia 15 tahun dalam mengimplementasikan masalah-masalah di kehidupan nyata. Indonesia mengikuti siklus tes tiga tahunan itu sejak tahun 2003.


PISA 2012 bertema ”Evaluating School Systems to Improve Education” diikuti 34 negara anggota OECD dan 31 negara mitra (termasuk Indonesia) yang mewakili lebih dari 80 persen ekonomi dunia. Murid yang terlibat sebanyak 510.000 anak usia 15 tahun yang mewakili 28 juta anak usia 15 tahun di sekolah dari 65 negara partisipan.
Hasil PISA tahun ini mengejutkan banyak negara, terutama Amerika Serikat dan Eropa yang selama ini diyakini memiliki sistem pendidikan lebih baik. Pasalnya, kali ini peringkat 10 besar PISA 2012 didominasi negara di Asia. Anak-anak di Shanghai menduduki ranking pertama, diikuti Singapura, Hongkong, Taiwan, Korea Selatan, Makau, dan Jepang. Urutan ke-8 ditempati Liechtenstein, Swiss (urutan ke-9), dan Belanda (urutan ke-10). Finlandia yang selama ini dikenal memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia berada di posisi ke-12, Inggris ke-26, dan Amerika Serikat ke-36.
Sekretaris Jenderal OECD Angel Gurria dalam situs OECD mengemukakan, 32 persen anak yang mengikuti tes tak bisa menyelesaikan soalan berhitung yang paling mudah. Tanpa keterampilan paling dasar, ia khawatir kemungkinan besar anak-anak itu akan putus sekolah atau akan kesulitan menghadapi kehidupan nyata pada masa depan.

Test PISA
Ada 3 kemampuan siswa yang dinilai dalam survei ini, yakni kemampuan matematika, kemampuan membaca dan kemampuan ilmiah (sains) yang mencerminkan sistem pendidikan di negara masing-masing. Selain itu mereka juga ditanya motivasi dan kepercayaannya atas sekolah dan pendidikan yang mereka jalani.
Para siswa diuji dengan tes di atas kertas yang berlangsung 2 jam. Tes adalah campuran dari pertanyaan-pertanyaan terbuka dan pilihan ganda yang terorganisir dalam kelompok berdasarkan suatu bagian dari kehidupan nyata.
Kepala sekolah siswa yang dijadikan sampel responden juga menjawab kuesioner untuk memberikan informasi tentang latar belakang siswa, sekolah dan pengalaman belajar dan tentang sistem sekolah yang lebih luas dan pembelajaran lingkungan.
Temuan menarik dari mayoritas negara yang disurvei, sejak PISA melakukan survei ini lebih dari 10 tahun lalu, kemampuan matematika siswa tidak meningkat. Sekitar 60% dari 65 negara yang berpartisipasi dari survei sebelumnya menunjukkan kemampuan matematika siswa dalam tingkat yang sama atau lebih buruk dari survei 2012 ini. Sedikitnya sepertiga dari se
Sejak tahun 2000 performa murid Indonesia buruk di PISA. Jika dilihat dari soal-soal yang diajukan, kecakapan matematika yang diharapkan dunia melalui tes PISA itu berbeda dengan yang diajarkan di sekolah dan yang diujikan dalam ujian nasional. Ini tidak berarti matematika di Indonesia lebih mudah daripada di negara lain yang meraih ranking lebih tinggi dalam PISA. Namun, sekolah Indonesia terlalu fokus mengajarkan kecakapan yang sudah kedaluwarsa, seperti menghafal dan berhitung ruwet. Sekolah Indonesia juga melupakan pembelajaran bernalar. Pendidikan kita membayangkan dunia ini belum ada Google, Wikipedia, dan kalkulator.
Penelitian Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS), yaitu studi internasional dalam bidang membaca pada anak-anak di seluruh dunia yg disponsori oleh The International Association for the Evaluation Achievement. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa rata-rata anak Indonesia berada pada urutan keempat dari bawah dari 45 negara di dunia. :'(






0 komentar:

Posting Komentar